PROFIL WEB PWS

ASHADI SIREGAR KINI 80 TAHUN

RUANGAN auditorium Lembaga Indonesia Perancis (LIP) di Sagan, Yogya, itu senyap. Malam itu, Sabtu, 5 Juli 2025, sekitar 125 orang duduk takzim. Perhatian seluruh tertuju ke tengah, pada seorang lelaki yang duduk di kursi. Ia mengenakan baju blue jeans warna biru. Ia adalah adalah Ashadi Siregar. Malam itu memang sedang ada perhelatan, merayakan ulang tahun sang ahli komunikasi yang juga dikenal sebagai novelis, itu yang ke 80 tahun. Acara diisi dengan pembacaan nukilan novel Cintaku di Kampus Biru dan Menolak Ayah.

Sebenarnya cita-citanya datang ke Yogyakarta adalah untuk menjadi wartawan. Sampai di Yogya, medio 1960-an, tak ditemukan sekolah wartawan. Maka, ia kemudian masuk ke jurusan publisistik fakultas sospol Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam perjalanannya kemudian, Ashadi Siregar lebih dikenal sebagai pakar jurnalisme dan ilmu komunikasi.

Dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara, 3 Juli 1945, Ashadi atau yang lebih akrab dipanggil dengan nama Bang Hadi, lulus dari Jurusan Publisistik Fakultas Sospol Universitas Gadjah Mada tahun 1970. Kemudian ia menjadi dosen tetap di almamaternya hingga pensiun pada Juli tahun 2010.

Keterlibatan Bang Hadi secara langsung dalam dunia pers adalah ketika menjadi Pemimpin Redaksi mingguan Sendi yang terbit di Yogyakarta pada awal 1970-an. Namun, koran mingguan itu hanya terbit sebanyak 13 edisi, dibredel pemerintah Orde Baru karena isi dan liputannya mengkritisi pemerintahan Soeharto. Dia pun kemudian diadili. Selain itu, mungkin sedikit yang mengetahui, pada periode Mei hingga Agustus 1999 Bang Hadi juga pernah menjadi Pemimpin Redaksi Surabaya Post.

Sebagai seorang pakar, Bang Hadi sering diminta menjadi pembicara dalam berbagai seminar, pelatihan, penataran, pertemuan ilmiah maupun sarasehan. Tulisannya yang tajam dan kritis, tersebar di berbagai media massa, juga jurnal ilmiah. Selain itu, beberapa buku karyanya telah diterbitkan, antara lain Etika Komunikasi (Yogyakarta: Pinus Book, 2005) dan banyak buku lain tentang jurnalisme dan komunikasi.

Melalui Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerbitan Yogya (LP3Y) yang dipimpinnya sejak 1992 hingga 2014, Bang Hadi sudah menghasilkan banyak jurnalis andal di Indonesia, yang diproses untuk kerja teknik jurnalistik maupun pengembangan perspektif peliputan seperti bidang politik, hak azasi manusia, gender, AIDS dan sebagainya. Setelah LP3Y berhenti, Bang Hadi mendirikan Yayasan Lembaga Penelitian, Pengembangan Profesi Jurnalisme (LP3J), bersama koleganya, para pakar ilmu komunikasi dan ilmu sosial. Dia menjabat sebagai Ketua Yayasan LP3J sejak 2015.

Ashadi Siregar juga dikenal sebagai seorang novelis yang produktif. Karya-karyanya terentang pada periode 1972 – 1982. Triloginya yang paling terkenal adalah Cintaku di Kampus Biru (Jakata: Gramedia 1974), Kugapai Cintamu dan Terminal Cinta Terakhir (1976). Trilogi itu kemudian juga difilmkan.

Sebutan Universitas Gadjah Mada yang terkenal sebagai kampus biru, itu kiranya lahir karena novel karya Bang Hadi. Adapun novel-novelnya yang lain adalah Sirkuit Kemelut, Warisan Sang Jagoan, Frustrasi Puncak Gunung, Martini dan Alat Cinta (2 novelet), Gadisku di Masa Lalu, Jentera Lepas (Jakarta: Cypress 1979), Karena Aku tak Mengenalmu, (Jakarta: Kartini 1980) Guna-guna Kampus Kelabu (Jakarta: Cypress 1981) dan Sunyi Nirmala (PT Karya Unipress, 1982). Kemudian, pada Agustus 2018, Ashadi Siregar mengejutkan jagat sastra Indonesia tanah air, ketika di usianya yang ke 73 tahun, ia meluncurkan novel sastra berjudul Menolak Ayah (Jakarta: KPG 2018). Novel ini mengungkapkan dengan rinci pengetahuan etnografi tentang Batak. Sudah diterbitkan pula dalam edisi bahasa Inggris, dengan judul Rejection. (awd)